Antara Harga & Nilai

Berbicara tentang value investing sebenarnya tidak hanya soal bagaimana menghitung nilai intrinsik suatu aset investasi. Kemampuan untuk dapat menghitung nilai intrinsik dengan akurat merupakan suatu keahlian yang wajib dimiliki oleh seorang value investor, namun itu saja tidak cukup. Seorang value investor juga harus memperhatikan bagaimana nilai intrinsik yang dia peroleh dari kalkulasinya relatif terhadap harga pasar yang berlaku sebagai acuan dalam mengambil keputusan investasi.

Seorang value investor adalah seorang yang sangat sensitif terhadap harga karenanya selalu dapat menghindari asset bubble. Bagi seorang value investor, harga adalah satu-satunya penentu apakah suatu aset (baik itu saham, surat utang atau properti, dll) merupakan investasi yang baik atau tidak. Saham dari suatu perusahaan yang sangat bagus dan telah teruji kinerjanya secara historis tidak otomatis akan menjadi investasi yang baik jika dibeli pada harga yang sangat tinggi. Sebaliknya, saham dari suatu perusahaan yang biasa-biasa saja atau bahkan merugi tidak otomatis akan menjadi investasi yang buruk jika dibeli pada harga yang sangat rendah. Baik atau buruknya suatu investasi ditentukan oleh harga yang kita bayar untuk memperoleh investasi tersebut, baik itu saham, surat utang, properti atau yang lainnya.

***

“What are the companies worth? Eventually, this is what it comes down to. It’s not enough to buy a share in a good idea, or even a good business. You must buy it at a reasonable (or, hopefully, a bargain) price.”

-Howard Marks-

***

Mengingat bahwa harga dari suatu aset merupakan salah satu variabel yang sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi, maka sebagai investor, kita juga perlu untuk memahami hal-hal yang mempengaruhi pergerakan harga pasar dari suatu saham. Dalam jangka panjang, nilai intrinsik merupakan faktor yang mempengaruhi harga pasar. Namun dalam jangka pendek, faktor teknikal dan psikologis merupakan variabel yang sangat menentukan pergerakan harga pasar.

Faktor teknikal yang saya maksud di sini bukan indikator-indikator teknikal seperti yang sering muncul dalam bentuk grafik-grafik historis pergerakan harga saham. Namun yang dimaksud adalah hal-hal teknis non-fundamental yang mempengaruhi pergerakan supply dan demand. Misalnya, forced selling ketika pasar saham anjlok dimana para investor yang menggunakan fasilitas margin terkena margin call dan portofolio sahamnya terpaksa dijual atau cash inflow ke dalam reksadana yang memiliki kewajiban untuk menginvestasikan minimal 80% dari dana kelolaannya dalam saham sehingga memaksa manajer investasi untuk membeli saham semata untuk memenuhi kewajiban 80% tersebut.

Selanjutnya, faktor kedua yang juga sangat penting adalah faktor psikologis. Bagaimana kita bisa memahami apa yang ada dalam benak investor lainnya. Apa kondisi psikologis yang saat ini mempengaruhi mereka ? Apakah greed atau fear.

Seorang investor dapat menghasilkan kinerja investasi yang luar biasa selama dia mampu mengeksploitasi faktor teknikal dan psikologis dalam jangka pendek ini dalam proses investasinya. Faktor teknikal dan psikologis ini yang menyebabkan terjadinya undervalued, overvalued atau bahkan asset bubble.

***

“Be fearful when others are greedy and greedy when others are fearful”

-Warren Buffett-

***

Sebagai individu yang berkecimpung di dunia investasi, ada beberapa metode yang dapat kita gunakan untuk meraih keuntungan:

  • Keuntungan dari peningkatan nilai intrinsik suatu saham.

Untuk bisa melakukan hal ini maka seorang investor harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi perusahaan/aset yang memiliki fundamental baik, memiliki keunggulan kompetitif yang terus bertahan dalam jangka waktu yang panjang

  • Menggunakan leverage.

Yaitu menggunakan utang untuk melakukan investasi. Menggunakan utang tidak akan merubah suatu investasi menjadi lebih baik atau meningkatkan kemungkinan memperoleh keuntungan namun semata-mata memperbesar keuntungan atau justru kerugian.

  • Menjual pada harga yang lebih tinggi dari nilai intrinsik.

Merupakan harapan semua orang untuk dapat menjual saham/aset yang dimilikinya pada harga yang jauh lebih tinggi dari nilai intrinsiknya. Dalam hal ini, seorang penjual mengharapkan munculnya seorang pembeli yang irrational yang bersedia untuk membayar lebih dari nilai yang diperoleh.

  • Membeli pada harga yang lebih rendah dari nilai intrinsik.

Dalam hal ini, seorang investor hanya melakukan pembelian ketika harga pembelian jauh lebih rendah dari nilai intrinsik. Hal ini dilakukan dengan ekspektasi bahwa harga aset akan merefleksikan kembali nilai intrinsiknya.

Dari keempat pilihan yang tersedia, Warren Buffett dan rekannya Charlie Munger merupakan contoh seorang value investor yang berhasil menghasilkan keuntungan dengan mengkombinasikan keuntungan dari 2 metode sekaligus, peningkatan nilai intrinsik dan pembelian pada harga yang jauh lebih rendah dari nilai intrinsik. Kombinasi kedua metode ini berhasil menempatkannya pada jajaran orang-orang terkaya di dunia dengan hanya berinvestasi di pasar modal tanpa menciptakan suatu produk/jasa tertentu seperti halnya Bill Gates yang menciptakan OS untuk PC, Jeff Bezos yang mendirikan Amazon.com atau Mark Zuckerberg yang mendirikan Facebook.com.

Bagi sebagian value investor lainnya, mereka fokus melakukan pembelian pada harga yang jauh lebih rendah dari nilai intrinsik tanpa peduli dengan kualitas perusahaan yang mereka beli. Dengan hanya mengandalkan satu metode ini, mereka terkadang harus berhadapan dengan risiko bahwa nilai intrinsik dari perusahaan yang mereka beli bisa saja terus tergerus akibat kerugian yang dialami perusahaan. Hal ini menyebabkan mereka harus turun tangan secara aktif untuk memastikan bahwa mereka dapat merealisasikan keuntungan dari investasi mereka dengan segera sebelum kerugian-kerugian yang dialami perusahaan terus menggerus nilai intrinsik menjadi nihil.

Nah sisanya, bagi investor-investor di kasta terendah, kecenderungannya adalah mengabaikan nilai intrinsik dan hubungannya dengan harga. Akibatnya, mereka sangat bersemangat untuk membeli saham-saham yang sudah meningkat dan overpriced dengan harapan akan ada investor lainnya yang bersedia membeli di atas harga yang pembelian mereka yang pada faktanya sudah overvalued. Sebaliknya, ketika saham yang mereka miliki mengalami penurunan harga beberapa persen, dengan bergegas mereka menjual saham tersebut pada harga yang sudah rendah dan undervalued. Dengan kata lain, mereka melakukan hal-hal yang benar-benar bertolak belakang dengan yang dilakukan oleh value investor.

***

“Investing is a popularity contest, and the most dangerous thing is to buy something at the peak of its popularity. At that point, all favorable facts and opinions are already factored into its price, and no new buyers are left to emerge. The safest and most potentially profitable thing is to buy something when no one likes it. Given time, its popularity, and thus its price, can only go one way: up.”

-Howard Marks-

***

Dari keempat alternatif di atas, membeli aset berkualitas pada harga yang jauh lebih rendah dari nilai intrinsiknya jelas merupakan alternatif yang lebih dapat diandalkan untuk menghasilkan imbal hasil investasi yang lebih baik dari rata-rata. Namun demikian, tetap tidak ada jaminan bahwa ketika kita melakukan metode tersebut maka kita akan memperoleh imbal hasil yang lebih baik. Kita bisa saja keliru dalam menentukan nilai intrinsik suatu aset. Atau, terjadi sesuatu yang menyebabkan nilai intrinsik suatu aset menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Atau, kondisi pasar yang tidak kondusif, semisal pada 2008 ketika Lehman Brothers ambruk, menyebabkan suatu aset terus mengalami penurunan harga yang semakin jauh dari nilai intrinsiknya. Atau, penyesuaian harga pasar terhadap nilai intrinsik ternyata terjadi dalam waktu yang lebih lama dari yang kita miliki; sebagaimana diungkapkan oleh John Maynard Keynes“The market can remain irrational longer than you can remain solvent.”

Berusaha untuk membeli aset/saham yang berkualitas pada harga yang jauh lebih rendah dari nilai intrinsiknya bukanlah suatu metode yang sempurna, namun metode ini adalah metode terbaik yang bisa kita coba.

~cheers~

Disadur secara bebas dari The Most Important Thing karya Howard Marks

2 thoughts on “Antara Harga & Nilai

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s