Rekan investor,
Di tahun 2021, Pratama Investments mencatatkan pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit sebesar +22.03% (YoY), lebih tinggi 1553bps dibandingkan pertumbuhan indeks acuan ISSI yang tumbuh sebesar +6.50% (YoY) pada periode yang sama. Secara kumulatif, sejak diinisiasi pada 5 Agustus 2016 hingga akhir 2021, NAB per unit tumbuh sebesar 25.24% (setara dengan annual equivalent rate/AER sebesar 4.25% p.a.), atau lebih tinggi 1960bps jika dibandingkan dengan ISSI yang tumbuh sebesar 5.63% (setara dengan AER 1.02%) pada periode yang sama.

Dari sisi penerimaan dividen, Pratama Investments membukukan pendapatan dividen sebesar Rp 64.58 juta selama tahun 2021, naik sebesar Rp 31.88 juta dari pendapatan dividen tahun 2020 yang sebesar Rp 32.70 juta. Penerimaan dividen ini setara dengan dividend yield sebesar 3.34%, atau naik sebesar 155bps dari dividend yield tahun 2020 yang sebesar 1.79%.
Dari sisi NAB, per akhir 2021, Pratama Investments mencatatkan NAB sebesar Rp 2.47 miliar atau tumbuh sebesar 24.82% (secara nominal sebesar Rp 0.49 miliar) dari posisi NAB per akhir 2020 yang sebesar Rp 1.98 miliar.
***
Dari sisi komparasi kinerja yang lebih luas dan periode investasi yang beragam, dibandingkan dengan indeks-indeks saham domestik lainnya seperti Jakarta Islamic Index (JII) dan Jakarta Composite Index (JCI/IHSG), Pratama Investments menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dari ISSI, JII dan JCI untuk periode 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun dan sejak inisiasi seperti dapat dilihat pada tabel berikut.
Kinerja Pratama Investments vs Indeks Saham Domestik

Jika dibandingkan dengan kinerja Top 3 Reksadana Saham Syariah (berdasarkan kinerja 5 tahun), Pratama Investments juga menghasilkan imbal hasil investasi yang lebih baik dalam periode 1 tahun. Untuk periode investasi 3 tahun, 5 tahun dan sejak inisiasi, Pratama Investments juga menghasilkan imbal hasil investasi yang lebih baik dibandingkan TRIM Syariah Saham dan Panin Dana Syariah Saham.
Kinerja Pratama Investments vs Top 3 Reksadana Saham Syariah

***
Tahun 2021 merupakan tahun recovery setelah sebelumnya pasar modal mengalami koreksi di tahun 2020. Pengalaman ini kembali menekankan kepada kita semua sebagai investor, betapa pentingnya untuk menjaga kondisi psikologis yang stabil dan menghindari pengambilan keputusan yang emosional pada situasi krisis. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang investor legendaris Howard Marks:
“Exiting the market after a decline -and thus failing to participate in a cyclical rebound- is truly the cardinal sin in investing.”
Tentunya untuk menjaga diri kita agar tetap rasional dalam menghadapi koreksi di pasar modal, kita tidak bisa hanya mengandalkan diri kita sendiri. Seorang investor perlu mengkondisikan beberapa variabel disekitarnya untuk membantu dirinya tetap rasional. Variabel tersebut diantaranya:
- Kecukupan dana darurat; hal ini sangat penting karena keberadaan dana darurat ini dapat menghindarkan diri kita dari keterpaksaan untuk melikuidasi aset investasi yang kita miliki disaat yang tidak tepat untuk bertahan hidup pada masa krisis.
- Memiliki rumah yang ditempati; hal ini mungkin bisa diperdebatkan, namun dalam situasi krisis, memiliki rumah akan memberi ketenangan karena kita tidak harus pusing memikirkan uang sewa yang harus kita bayar.
- Zero Debt; tidak memiliki hutang. Apalagi jika kita menggunakan hutang untuk berinvestasi, hal ini wajib dihindari.
- Margin of Safety; ketika aset investasi yang kita miliki diperoleh pada harga yang sudah merefleksikan tingkat margin of safety yang cukup maka hal ini akan membantu portofolio investasi kita menghadapi situasi krisis. Konsekuensi lain dari hal ini tentunya berarti kita mengetahui berapa nilai intrinsik dari aset investasi yang kita miliki tersebut.
- Menutup semua akses yang dapat menginformasikan tentang pergerakan pasar; semakin sering kita melihat pergerakan negatif di pasar, hal ini akan mempengaruhi emosi kita dan menimbulkan rasa takut yang berlebihan.
Hal-hal tersebut merupakan variabel-variabel eksternal yang jika dikondisikan dengan baik maka akan dapat membantu kita untuk tetap rasional dalam masa krisis. Namun demikian, seorang investor juga perlu memastikan bahwa dirinya sudah memiliki mindset yang tepat tentang investasi. Hal ini bisa dilakukan dengan membaca buku The Intelligent Investor karya Benjamin Graham, terutama bab 8 yang membicarakan konsep Mr. Market dan bab 20 yang membicarakan konsep Margin of Safety. Selain itu, membaca letters to partners (kumpulan surat yang ditujukan untuk para investor partnership sebelum Berkshire Hathaway) dan letters to shareholders (kumpulan surat yang ditujukan untuk para pemegang saham Berkshire Hathaway) yang ditulis oleh Warren Buffett juga dapat membantu kita untuk memahami konsep yang tepat tentang investasi. Merasa terlalu banyak yang harus dibaca ? Sayangnya tidak ada cara lain…
***
Sekali lagi kami mengingatkan kepada rekan-rekan investor bahwa aspirasi kami adalah menghasilkan imbal hasil investasi yang lebih besar dibandingkan indeks ISSI dalam jangka panjang. Sekali lagi, ini adalah aspirasi kami, bukan jaminan. Oleh karena itu, kami tidak terlalu peduli dengan kinerja portofolio dalam jangka pendek (harian, mingguan, bulanan, kuartalan, maupun tahunan) karena menurut kami periode yang tepat untuk menilai kinerja suatu portofolio saham adalah minimal 3 tahun.
Namun demikian, kami berharap bahwa rekan-rekan investor memiliki periode investasi yang lebih panjang dari 3 tahun sehingga dapat memaksimalkan efek compounding dari investasi kita.
Salam,
IP