Rekan investor,
Di tahun 2019, Pratama Investments mencatatkan pertumbuhan NAB per unit sebesar 5.85% (YoY), lebih tinggi 365 bps dibandingkan pertumbuhan indeks acuan ISSI yang tumbuh sebesar 2.03% (YoY) pada periode yang sama. Secara kumulatif, sejak dibentuk pada Agustus 2016, NAB per unit tumbuh sebesar 9.77% (setara dengan annual equivalent rate/AER sebesar 2.78% p.a.), atau lebih tinggi 486 bps jika dibandingkan dengan ISSI yang tumbuh sebesar 4.91% (setara dengan AER 0.04%) pada periode yang sama.
Perlu kami ingatkan kembali kepada rekan investor sekalian, bahwa tujuan dari Pratama Investments adalah memperoleh tingkat pertumbuhan modal tahunan yang lebih baik daripada indeks acuan yakni ISSI. Oleh karena itu kami mengingatkan bahwa jangka waktu dari investasi kita adalah jangka panjang, dan cara terbaik untuk memperoleh tingkat pertumbuhan modal yang sama dengan yang diperoleh oleh Pratama Investments adalah dengan secara periodik menambah investasi (jika masih dalam periode akumulasi modal) dan tidak keluar-masuk selayaknya aktivitas trading.
***
Selama tahun 2019, kami melakukan beberapa penyesuaian dalam portofolio. Kami melepas posisi kami di LPPF, TLKM dan UNVR, dan menambah MNCN, PWON dan SCMA ke dalam portofolio. Secara total, likuidasi yang kami lakukan mengakibatkan adanya realisasi kerugian sebesar Rp 99.15 juta yang keseluruhannya berasal dari posisi LPPF.
Dari sisi penerimaan dividen, Pratama Investments membukukan penerimaan dividen selama 2019 sebesar Rp 48.93 juta atau meningkat sebesar 89.52% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 25.82 juta. Peningkatan dividen ini sebagiannya dipengaruhi oleh peningkatan dari jumlah modal yang diinvestasikan yang tumbuh sebesar 44.08% selama 2019, dari Rp 1,209.41 juta di akhir 2018 menjadi Rp 1,742.52 juta di akhir 2019.
Dari sisi kinerja fundamental perusahaan-perusahaan yang ada dalam portofolio, secara rata-rata, look through earnings per saham yang dimiliki mengalami kontraksi sebesar 1.62% dari Rp 96.27 per saham pada 2018 menjadi Rp 94.71 per saham di 2019. Adapun secara total, look through earnings mengalami pertumbuhan sebesar 80.28% selama 2019, dari Rp 74.16 juta di 2018 menjadi Rp 133.70 juta di 2019.
***
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin menginformasikan tentang salah satu perusahaan yang pada akhir 2019 masih berada di dalam portofolio namun telah kami likuidasi di 2020. Perusahaan dimaksud adalah CASS. Likuidasi yang kami lakukan pada saham perusahaan ini mengakibatkan realisasi kerugian sebesar Rp 62.66 juta.
Kami mulai mengakumulasi saham CASS di tahun 2017, dengan pertimbangan valuasi yang menarik dan juga proyeksi pertumbuhan bisnis air transport di masa depan sejalan dengan target Pemerintah untuk meningkatkan industri pariwisata dalam negeri. Kemudian di tahun 2018, CASS menyampaikan disclosure terkait restrukturisasi pinjaman yang diberikan oleh CASS kepada pihak terkait, yaitu salah satu pemegang saham mayoritas. Kejadian ini pada awalnya telah menimbulkan sinyal negatif kepada kami, namun kami masih berasumsi bahwa hal tersebut tidak akan berpengaruh negatif dalam jangka panjang karena masih ada pemegang saham mayoritas lain, yakni SATS, yang tidak menunjukkan sikap keberatan secara publik. SATS adalah perusahaan Singapura yang bergerak dalam industri yang sama dengan CASS.
Di 2018 dan 2019, CASS mulai terlambat menyampaikan laporan keuangan kuartalan dan tahunan. Namun kami, dengan semua ego yang ada, bersikukuh untuk mempertahankan CASS dalam portofolio. Hingga memasuki tahun 2020, wabah COVID-19 menerpa Indonesia. Sejak awal tahun 2020, kami berencana untuk melikuidasi posisi CASS meskipun merugi. Namun tidak banyak investor yang tertarik untuk melakukan bid. Hingga pada akhirnya dibulan Juni 2020, likuiditas perdagangan saham ini mulai meningkat dan kami akhirnya melepas saham ini disekitar harga terendah. Ini adalah salah satu kebodohan kami yang mengabaikan sinyal negatif terkait perilaku manajemen dan pemegang saham mayoritas, padahal aspek integritas manajemen dan pemegang saham mayoritas merupakan salah satu acuan kami dalam menyeleksi perusahaan.
Kekeliruan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga buat kami….
***
Sebagaimana kami sampaikan sebelumnya, tahun 2020 ini diwarnai dengan wabah COVID-19 yang berpengaruh negatif terhadap perekonomian dan dunia usaha. Namun demikian, kami tetap optimis bahwa kondisi ini akan segera berlalu dan perekonomian akan kembali pulih. Tantangannya adalah sejauh mana perusahaan-perusahaan dalam portofolio dapat melakukan penyesuaian dalam model bisnisnya dan seberapa besar kemampuan likuiditasnya untuk bertahan dalam masa pandemi ini.
Strategi dan filosofi investasi kami tidak akan berubah….
Salam,
Pratama Investments