Rekan Investor,
Di tahun 2022, kemitraan investasi kita mencatatkan pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit sebesar -2.3% (YoY), lebih rendah ~1,750bps dibandingkan pertumbuhan indeks acuan ISSI yang tumbuh sebesar +15.2% (YoY) pada periode yang sama. Secara kumulatif, sejak diinisiasi pada 5 Agustus 2016 hingga akhir 2022, NAB per unit tumbuh sebesar +22.3% (setara dengan annual equivalent rate/AER sebesar 3.2% p.a.), atau lebih tinggi ~60bps jika dibandingkan dengan ISSI yang tumbuh sebesar +21.7% (setara dengan AER 3.1%) pada periode yang sama.

***
Dari sisi penerimaan dividen, kemitraan investasi kita membukukan pendapatan dividen sebesar Rp 69.5 juta selama tahun 2022, tumbuh +7.6% atau meningkat sebesar Rp 4.9 juta dari pendapatan dividen tahun 2022 yang sebesar Rp 64.6 juta. Penerimaan dividen ini setara dengan dividend yield sebesar ~3.4%, meningkat sebesar ~10bps dari dividend yield tahun 2022 yang sebesar ~3.3%.

***
Dari sisi komparasi kinerja yang lebih luas dan periode investasi yang beragam, dibandingkan dengan indeks-indeks saham domestik lainnya seperti Jakarta Islamic Index (JII) dan Jakarta Composite Index (JCI/IHSG), kemitraan investasi kita membukukan tingkat imbal hasil yang rendah dibandingkan ISSI, JII & IHSG untuk periode periode 1 tahun. Namun, untuk periode sejak kemitraan dibentuk (5 Agustus 2016) hingga akhir 2022, kemitraan investasi kita masih membukukan tingkat imbal hasil yang lebih baik dibandingkan ISSI & JII.
Kinerja Pratama Investmenst vs Indesk Saham Domestik

Jika dibandingkan dengan kinerja Top 3 Reksadana Saham Syariah (berdasarkan kinerja 5 tahun), Indeks Reksadana Saham dan Indeks Reksadana Saham Syariah, kemitraan investasi masih dapat membukukan tingkat imbal hasil investasi yang lebih baik sejak dibentuk pada 5 Agustus 2016 kecuali jika dibandingkan dengan RD Sucorinvest Sharia Equity Fund.
Kinerja Pratama Investmenst vs Top 3 RD Saham Syariah & Indeks RD Saham

***
Rekan Investor,
Tahun 2022 merupakan tahun yang penuh dengan kejutan, konflik Rusia – Ukraina, meningkatnya harga komoditas yang kemudian ikut mendorong tingginya laju inflasi global yang memaksa Bank Sentral global untuk melakukan pengetatan moneter yang pada gilirannya berimbas pada kenaikan tingkat suku bunga global. Semua hal ini merupakan kondisi eksternal yang sangat sulit untuk diprediksi.
Bagi kemitraan investasi kita, tahun 2022 merupakan tahun yang cukup mengecewakan seperti yang dapat terlihat pada bagian awal dari tulisan ini. Kami sebagai pengelola, tidak mampu memanfaatkan momentum peningkatan harga komoditas global. Hal ini sejak awal merupakan desain dari kebijakan investasi yang kami terapkan dimana kami menghindari saham-saham yang bergerak pada sektor komoditas dengan pertimbangan: (1) perusahaan komoditas merupakan price taker, (2) harga komoditas yang sulit diprediksi terutama bagi individu yang tidak memiliki expertise di pasar komoditas, (3) adanya concern terkait isu sustainability.
Kami dengan kerendahan hati tetap mengakui bahwa kami telah melakukan kesalahan di 2022. Namun kami percaya, performa investasi tidak dapat disimpulkan dari performa 1 tahun saja dan oleh karena itu tidak akan berhenti untuk melakukan perbaikan dalam proses investasi yang kami lakukan.
Sebagai penutup, kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan rekan-rekan investor kepada kami.
Salam
IP