Oke, jadi istilah yang saya gunakan dalam judul postingan kali ini terambil dari sebuah buku karya Howard Marks yang berjudul The Most Important Thing. Second-level thinking dapat digambarkan sebagai pola pikir yang berbeda dan lebih baik dari pola pikir yang umum sedang berlaku.
Lantas apa kaitannya dengan investasi ?
Kaitannya sangat erat, terutama jika anda termasuk kalangan investor yang mengelola dana investasi anda sendiri dengan keyakinan bahwa anda dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dari para manajer investasi profesional. Meyakini bahwa dana investasi anda akan lebih baik jika dikelola langsung oleh anda berarti meniscayakan bahwa anda memiliki pola pikir dan strategi yang berbeda dan lebih baik dari para manajer investasi profesional dan sekian ratus ribu investor ritel lainnya. Pertanyaannya kemudian adalah apakah benar demikian ? Apakah benar bahwa anda memiliki second-level thinking dalam mengelola investasi pribadi anda ?
Perlu dipahami bahwa investasi yang sukses berarti anda berhasil menghasilkan imbal hasil investasi yang lebih baik dari imbal hasil pasar saham secara keseluruhan yang pada umumnya diwakili oleh suatu indeks dan juga lebih baik dari investor lainnya. Jika anda tidak meyakini bahwa anda memiliki kemampuan untuk menghasilkan imbal hasil investasi yang lebih baik, maka ada baiknya jika anda mempertimbangkan menggunakan strategi investasi indexing atau bahkan menyerahkan pengelolaan dana investasi anda kepada manajer investasi profesional yang anda yakini dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dibandingkan indeks dan investor lainnya.
Untuk dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dari indeks dan investor lainnya maka anda tidak dapat menggunakan pola pikir yang sama dengan yang digunakan oleh konsensus atau investor lainnya. Anda harus memiliki pola pikir dan analisa yang berbeda dari konsensus/investor lainnya. Tidak cukup hanya berbeda, hasil dari pola pikir dan analisa anda juga harus lebih akurat dari konsensus.
Dengan bahasa yang lebih sederhana, anda harus memikirkan sesuatu yang tidak terpikirkan oleh pelaku pasar lainnya, melihat sesuatu yang diabaikan oleh pelaku pasar lainnya serta memiliki insight yang tidak dimiliki pelaku pasar lainnya. Reaksi dan perilaku anda dalam investasi juga harus berbeda dari investor lainnya. Singkatnya, anda harus lebih benar dari investor lainnya dan itu berarti anda harus berbeda dari investor lainnya.
So, apakah anda masih berpikir dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dari investor lainnya ketika seluruh keputusan investasi anda dipengaruhi oleh isu-isu serta rekomendasi yang berseliweran bebas di media massa dan media sosial ? Think again !!!!
Second-level thinking adalah pola pikir dan analisa yang mendalam, kompleks dan rumit. Para investor yang menggunakan second-level thinking mempertimbangkan banyak hal dalam proses investasi mereka. Adapun first-level thinking adalah pola pikir dan analisa yang menyederhanakan dan dangkal. Para investor yang menggunakan first-level thinking hanya membutuhkan satu opini tentang masa depan untuk mengambil keputusan investasinya.
Investor yang menganggap bahwa investasi merupakan proses yang sederhana pada umumnya tidak menyadari akan pentingnya atau bahkan tidak menyadari akan adanya second-level thinking. Akibatnya banyak orang yang terjebak dalam keyakinan bahwa setiap individu bisa menjadi investor sukses padahal faktanya tidak setiap individu bisa menjadi investor sukses.
Namun demikian, keberadaan investor yang menggunakan first-level thinking justru meningkatkan imbal hasil yang dapat diraih oleh second-level thinking investor. Untuk dapat memperoleh imbal hasil yang lebih baik dari investor lainnya secara konsisten maka anda harus menjadi second-level thinking investor.
***
Disadur dari The Most Important Thing karya Howard Marks.