Tidak ada yang pasti di dunia ini, hal yang sama juga berlaku untuk strategi menjadi sejahtera. Namun demikian, bukan berarti hidup sejahtera dapat kita harapkan hanya dengan bermalas-malas. Banyak yang gagal dalam usaha mencapai kesejahteraan walaupun sudah menempuh berbagai macam usaha dan strategi, nah bagaimana lagi jika sama sekali tidak ada usaha dan strategi yang ditempuh….
Setiap individu memiliki definisinya masing-masing tentang hidup sejahtera. Ada yang beranggapan menjadi pegawai negeri sipil berarti sejahtera, ada yang beranggapan sepanjang masih bisa cukup makan, punya pakaian untuk menutupi badan dan atap untuk berteduh maka berarti juga sejahtera. Bagi saya sendiri, sejahtera adalah ketika saya bisa melakukan apa yang saya sukai kapan saja tanpa ada kendala uang dan waktu serta tidak perlu khawatir tentang masa depan saya dan keluarga.
Ok, semua definisi di atas masih terlihat abstrak. Karena itu saya akan mempersempit definisi sejahtera menjadi memiliki aset bersih senilai minimal USD 1.00 miliar. Sebenarnya alasan saya menggunakan definisi ini semata-mata untuk mempermudah saya menulis postingan ini. Sebagai informasi, berdasarkan data Forbes, di 2017 terdapat 2,043 miliuner dengan total aset bersih senilai USD 7.70 triliun. Sebagai pembanding, nilai PDB/GDP Indonesia per 2015 adalah sebesar USD 861.93 miliar. Untuk list individu-individu terkaya sejagat ini bisa dilihat di sini atau di sini.
So, kembali ke tujuan dari postingan ini, apa yang kita bisa pelajari dari individu-individu yang berdasarkan definisi subjektif saya adalah individu-individu yang sejahtera ?
Pertama, hampir seluruh nilai aset mereka berasal dari kepemilikan pada sebuah bisnis. Ketika nilai dari bisnis mereka meningkat, maka nilai aset mereka juga meningkat. Tidak ada individu yang masuk list ini karena gaji.
Kedua, sebagian dari mereka memulai dari titik yang terendah, dalam hal ini tidak memiliki orang tua yang sejahtera, tidak memiliki pendidikan sarjana dan tanpa koneksi.
Ketiga, sebagian besar mereka membangun aset mereka dalam jangka panjang. Mereka tidak membangun atau mengambil alih suatu bisnis untuk kemudian mereka jual seminggu atau setahun kemudian.
Buat saya pribadi, kesimpulannya adalah bahwa mayoritas individu-individu yang sejahtera tersebut memperoleh kekayaannya dari nilai bisnis yang mereka miliki bukan dari nilai gaji yang mereka peroleh. Di antara mereka ada yang membangun asetnya dari nol dengan menciptakan produk atau jasa yang dikonsumsi oleh banyak orang, namun ada juga yang membangun asetnya dengan mengambil alih bisnis yang mereka yakini memiliki potensi besar di masa depan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua proses tersebut pada dasarnya membutuhkan modal. Namun, modal ini tidak selalu berarti uang dalam jumlah besar. Kita bisa memperoleh modal dari orang lain untuk merealisasikan suatu produk/jasa selama ide yang kita miliki adalah ide yang bernilai ekonomis tinggi. Di sisi lain, bagi kita yang tidak memiliki kreatifitas untuk menciptakan sesuatu namun beruntung memiliki arus kas dari pekerjaan kantor, maka alternatif untuk berpartisipasi dalam sebuah bisnis yang telah berdiri juga dapat dilakukan.
Tak peduli kita seorang inventor atau investor, pola pikir pengusaha merupakan suatu keniscayaan untuk mencapai kesejahteraan. Sebagai seorang inventor, pola pikir penguasaha akan mendorong kita untuk menggali ide-ide cemerlang yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai investor, pola pikir penguasaha akan membantu kita untuk menemukan kesempatan-kesempatan investasi yang memiliki potensi ekonomi tinggi.
Jadi pelajaran yang dapat disimpulkan adalah jika kita ingin mencapai taraf kesejahteraan sebagaimana para miliuner tersebut maka satu-satunya jalan adalah dengan menjadi pemilik bisnis, baik membangunnya dari nol ataupun mengambil alihnya dari orang lain. Kebetulan saya sendiri lebih memilih untuk mengambil alih sebagian kepemilikan bisnis dari orang lain, mengingat saya tidak memiliki waktu untuk memulai segalanya dari nol.
~cheers~