Mengutip joke yang disampaikan Howard Marks tentang seorang profesor keuangan yang sangat meyakini teori efisiensi pasar ketika berjalan bersama salah satu mahasiswanya. "Bukankah itu selembar uang seratus ribu rupiah yang tergeletak di sana ?" sang mahasiswa bertanya. "Bukan, ga mungkin itu uang seratus ribu rupiah," jawab sang profesor. "Kalau benar itu uang seratus ribu rupiah, orang lain pasti sudah terlebih dahulu mengambilnya." Sang profesor pun berlalu mengabaikan uang tersebut dan sang mahasiswa mengambil uang tersebut dan membeli pulsa untuk handphonenya.
Tag: The Intelligent Investor
Second-Level Thinking dalam Investasi
Untuk dapat menghasilkan imbal hasil yang lebih baik dari indeks dan investor lainnya maka anda tidak dapat menggunakan pola pikir yang sama dengan yang digunakan oleh konsensus atau investor lainnya. Anda harus memiliki pola pikir dan analisa yang berbeda dari konsensus/investor lainnya. Tidak cukup hanya berbeda, hasil dari pola pikir dan analisa anda juga harus lebih akurat dari konsensus.
Nilai Intrinsik Perusahaan
Bagi sebagian kita, mempelajari metode valuasi perusahaan mungkin dianggap terlalu njelimet dan tidak relevan bagi investor ritel. Namun bagi saya pribadi, mengetahui nilai intriksi suatu perusahaan merupakan hal yang wajib dilakukan.
Korupsi Korporasi – Sebuah Pelajaran
Tidak dapat dipungkiri bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan baik oleh pihak manajemen maupun pemegang saham mayoritas terhadap pemegang saham minoritas atau publik dapat terjadi dengan berbagai macam metode, namun hal ini justru seharusnya menjadikan investor ritel lebih waspada dan skeptis dalam proses investasinya. Selalu camkan bahwa tidak ada seorangpun yang memaksa kita untuk membeli atau menjual suatu saham di bursa, dan karenanya seluruh risiko yang terkait keputusan untuk membeli atau menjual suatu saham tentunya juga menjadi tanggung jawab kita sebagai investor.
Menyikapi Risiko Dalam Investasi
Value investing secara mendasar merupakan metode investasi yang berusaha meminimalisir risiko kerugian dengan melakukan investasi ketika harga yang ditawarkan dari sebuah aset jauh lebih rendah dari nilai intrinsiknya. Hal ini merupakan bentuk pengakuan dari seorang value investor bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan dan bahwa banyak hal yang mungkin terluput atau tidak dia ketahui tentang suatu saham.
Beli Saham di Harga Berapa ?
Perlu kita pahami bahwa memilih perusahaan/bisnis yang akan menjadi kenderaan investasi hanyalah satu bagian dari 2 bagian proses investasi. Satu bagian yang lain adalah menentukan diharga berapa kita akan membeli perusahaan atau bisnis tersebut. Kedua proses ini; memilih perusahaan/bisnis dan menentukan harga belinya, adalah satu kesatuan proses yang tidak boleh diabaikan oleh seorang investor yang ingin bertindak logis.
Buat Bisnis vs Beli Bisnis
Bagi sebagian orang, menjadi pengusaha berarti membangun sebuah bisnis benar-benar dari tidak ada. Baik dengan menciptakan suatu produk atau jasa lantas kemudian menjualnya atau dengan menjadi pedagang/makelar yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen. Jarang sekali saya mendengar bahwa menjadi pengusaha juga bisa berarti membeli bagian kepemilikan dalam suatu bisnis yang telah mapan seperti halnya investasi pada saham perusahaan-perusahaan publik.
Belajar Dari Sejarah
Para milyarder tidak menghasilkan kekayaannya dengan short-term trading, mereka menghasilkan kekayaannya dengan mengakuisisi aset yang berkualitas dan memegangnya untuk jangka panjang. Selain itu, mereka juga tidak segan untuk mengkonsentrasikan portofolio investasi mereka pada sekelompok kecil bisnis yang mereka anggap berkualitas, mereka tidak tergoda untuk berlebihan dalam melakukan diversifikasi. Hal-hal inilah yang menjadi senjata bagi investor sukses; business sense yang tajam untuk menilai apakah suatu bisnis berpotensi di masa depan atau tidak, kesabaran untuk menunggu waktu yang tepat untuk melakukan investasi maupun divestasi, keberanian untuk mengambil keputusan yang secara kasat mata terlihat bertentangan dengan pergerakan pasar serta kedisiplinan untuk tidak keluar dari kebijakan investasi yang mereka tetapkan untuk diri mereka.
Beli Saham Apa ?
Menjadi investor pada dasarnya tidak membutuhkan kejeniusan seperti layaknya Albert Einstein atau Isaac Newton. Bahkan menjadi suatu ironi, karena Isaac Newton pernah mengalami kerugian finansial karena investasinya pada perusahaan Inggris, South Sea Company. Yang dibutuhkan oleh investor hanyalah kemampuan untuk bertindak logis berdasarkan data-data faktual yang diperoleh tanpa menghiraukan opini publik.
Belajar Menjadi Sejahtera
Setiap individu memiliki definisinya masing-masing tentang hidup sejahtera. Ada yang beranggapan menjadi pegawai negeri sipil berarti sejahtera, ada yang beranggapan sepanjang masih bisa cukup makan, punya pakaian untuk menutupi badan dan atap untuk berteduh maka berarti juga sejahtera. Bagi saya sendiri, sejahtera adalah ketika saya bisa melakukan apa yang saya sukai kapan saja tanpa ada kendala uang dan waktu serta tidak perlu khawatir tentang masa depan saya dan keluarga.